Sumsel24.com - Korea Utara untuk pertama kalinya sejak pandemi mengumumkan kematian salah satu warganya yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Saat ini, ada 350.000 orang lagi di negara itu yang menunjukkan gejala demam tinggi menurut media pemerintah Korea Utara KCNA.
Menurut laporan media pemerintah Korea Utara KCNA saja, 187.800 orang telah dirawat di rumah sakit dalam isolasi setelah demam yang tidak diketahui asalnya "menyebar secara luas ke seluruh negeri" sejak akhir April 2022.
Baca Juga: Wabah PMK Menyebar, Polisi Tegas: Hewan Yang Terkena Virus Akan Segera Dimusnahkan
Tetapi KCNA tidak mengatakan berapa banyak dari mereka yang dinyatakan positif COVID-19 atau negatif.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengunjungi pusat komando anti-virus untuk memeriksa situasi.
Dikutip Sumsel24.com dari PikiranRakyat, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyatakan "keadaan darurat paling parah" dan memerintahkan penguncian wilayah (lockdown) secara nasional pada hari yang sama."
Baca Juga: Pelaku Penculik di Jakarta Selatan dan Bogor Berhasil Diringkus Polisi
Media pemerintah KCNA tidak merinci dari mana wabah itu berasal tetapi pada saat itu ibu kota Pyongyang menjadi tuan rumah beberapa acara publik besar pada 15 dan 25 April 2022.
Saat itu ada parade militer dan pertemuan besar yang sebagian besar masyarakat tidak menggunakan masker pada acara tersebut.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengkritik bahwa penyebaran demam yang terus berlanjut di wilayah ibu kota sebagai pusat wabah menunjukkan bahwa ada titik rentan dalam sistem pencegahan epidemi negara itu.
Baca Juga: Saingan Indonesia, Tesla Dirayu Malaysia Untuk Buat Pabrik di Negaranya
Kim mengatakan mengisolasi dan secara aktif merawat orang yang demam adalah prioritas utama.
Dia juga menyerukan metode dan taktik pengobatan ilmiah untuk "dengan tempo kilat" dan untuk memperkuat langkah-langkah untuk memasok obat-obatan.
Penyebaran virus yang cepat ini disebabkan oleh potensi krisis besar di negara yang kekurangan sumber daya medis.
Baca Juga: Hepatitis Misterius Sekarang Menjadi Ancaman, Masyarakat Diminta Waspada
Korea Utara telah menolak bantuan internasional untuk vaksinasi dan telah menutup perbatasannya.
Analis mengatakan wabah COVID 19 tahun ini dapat memperburuk krisis pangan negara yang terisolasi itu. Lockdown, kata mereka.
Karena menghambat perjuangan keras melawan kekeringan dan mobilisasi tenaga kerja di tanah air.
Baca Juga: Hepatitis Misterius Sekarang Menjadi Ancaman, Masyarakat Diminta Waspada
Korea Utara telah menolak pasokan vaksin dari program berbagi vaksin global CORVAX dan China.
Itu menempatkan kebanyakan orang di komunitas yang relatif muda pada risiko infeksi yang lebih tinggi.
Sementara itu juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan tidak memiliki rencana untuk mengirim vaksin ke Korea Utara tetapi mendukung upaya internasional untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang rentan di sana.
Artikel Terkait
Lead Scientist Kemkes Hanifah Oswari Bantah Keterkaitan Hepatitis Akut pada Anak Dengan Vaksinasi Covid-19
IDAI Pastikan Kasus Misterius Hepatitis Bukan Karena Vaksin Covid-19
Pasca Libur Lebaran Pemerintah Tetap Waspada Covid-19
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Kena Covid-19 Sebelum Lebaran di AS
Pemerintah akan Lakukan Transisi ke Endemi, Covid-19 Peringkat ke-14 Penyebab Kematian di Indonesia